Minggu, 04 Desember 2011

Kisah Kerang dan Mutiara

Pada suatu hari ada seorang anak yang mengeluh pada ibunya. Ia merasa bahwa dirinya bukanlah apa-apa saat ini. Bahkan bisa jadi lebih dari itu, ia membenci dirinya sendiri sebagai manusia tak berguna, makhluk sia-sia. Begitu banyak kekurangan, begitu banyak kesalahan dan keburukan.

Apalagi ketika ia melihat orang lain yang nampak begitu sempurna dan memiliki begitu banyak kelebihan, rasanya ia makin ingin tenggelam. Mengapa orang lain memiliki begitu banyak kelebihan sedangkan ia tak memiliki apa-apa kecuali kekurangan-kekurangan saja yang ia miliki. Mengapa ia buruk sedang orang lain cakep? Mengapa orang lain berhasil dan ia selalu gagal? Mengapa orang lain kaya dan ia miskin? Serta beribu ‘mengapa’ lainnya yang akan membuat dirinya kecewa dan terluka, serta terpaku pada kekurangan-kekurangan yang ia miliki.

Lalu dengan bijak Ibunya berucap. "Anakku, harusnya kau percaya dan yakin,bahwa Tuhan tidak mungkin menciptakan makhlukNya hanya dengan kekurangan saja atau kelebihan saja. Hanya dengan keburukan saja tanpa manfaat atau sebaliknya. Karena kita semua manusia, pastilah memiliki keduanya dalam porsi yang imbang. Dia yang maha kuasa membekali kita hambaNya dengan segala kelebihan, menjadikan setiap insan memiliki keistimewaan.

Hanya saja proses kehidupan yang Engkau alami mungkin telah membuatmu hanya menjadi potensi terpendam, tak muncul ke permukaan, bahkan mungkin, sekalipun pernah muncul di masa kecilmu, kemudian terkubur oleh segala tekanan dan rintangan." ”Kau lihat ini?” kata Ibunya sambil memperlihatkan kalung mutiara berwarna putih yang indah yang sedang di pakai olehnya.” Ibarat mutiara, kita tak dapat menjadi berharga begitu saja. Kita butuh waktu untuk membentuknya. Kita butuh proses panjang untuk mendapatkan keindahannya. Dan proses ini, butuh ketelatenan dan kesabaran.”

”Ya, sesungguhnya setiap kita adalah mutiara yang memiliki pancaran keindahan diri kita masing-masing, seperti apapun adanya kita pada awalnya. Kita hanya harus menyepuhnya untuk membuatnya menjadi berharga. Dan proses menyepuh ini, banyak cara dan jalannya.Rintangan, hambatan, pengalaman, pembelajaran, baik oleh diri sendiri maupun oleh orang lain, tidak akan menjadi masalah. Karena pada dasarnya kita adalah mutiara. Kita hanya harus berusaha semaksimal kita, membuka mata, buka telinga dan buka hati.” ”Dan, tahukah kau bahwa mutiara yang Ibu pakai ini berasal dari seekor anak kerang yang tabah dan kuat.” Lalu Ibunya bercerita,” Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengadu pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. ”

“Anakku,” kata sang ibu sambil bercucuran air mata,”Tuhan tidak memberikan pada kita bangsa kerang sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu. Sakit sekali, aku tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. “Kuatkan hatimu". Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat," kata ibunya dengan sendu dan lembut. Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar.

Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap,dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara, air matanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.

"Cerita di atas adalah sebuah paradigma yang menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong transendental untuk menjadikan “kerang biasa” menjadi “kerang luar biasa”. Karena itu dapat dipertegas bahwa kekecewaan dan penderitaan dapat mengubah “orang biasa” menjadi “orang luar biasa”. Kata Ibu si anak itu sambil mengakhiri ceritanya.

Sejak saat itu si anak mulai berubah, pikirnya anak kerang yang lembek saja mampu ngatasi penderitaan dan rasa sakitnya, kenapa ia seorang anak manusia yang di beri dua tangan, dua kaki, dua penglihatan yang sempurna dan pikiran yang normal bukankah itu semua sebagai anugerah dari Tuhan untuk bekal dia dalam menjalani hidupnya, ternyata hanya bisa mengeluh saja tanpa mau berusaha.

Dan seiring waktu yang terus berputar begitu pula perjalanan hidup anak itu, ia mulai tumbuh dewasa menjadi anak yang mandiri serta berbakti pada orang tua juga peduli pada sesamanya. Ia tak lagi melihat segala kekurangan dalam dirinya, dirinya begitu terinspirasi oleh cerita Ibunya tentang penderitaan si anak kerang yang telah menjadi sebutir mutiara yang indah serta berharga mahal.

Artikel Terkait Lainnya:



0 comments:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More